Selasa, 10 Juni 2014


Mewaspadai Lemahnya Generasi Umat Manusia
IKIP WARNA


Tugas ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pengampu          : Drs.Nurhadi.S.Pd.M.Pd.I

Disusun Oleh:

Novita Indah Setya Pratiwi

12330081

Pendidikan Fisika 2C


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Mewaspadai Lemahnya Generasi Umat Manusia” dan bertema “Mewaspadai Lemahnya Generasi Umat Islam”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam IKIP PGRI SEMARANG.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1.      Bapak Drs.Nurhadi.S.Pd.M.Pd.I. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2.      Teman-teman yang sudah membantu.
3.      Rekan-rekan semua di Kelas 2C Pendidikan Fisika, FPMIPA IKIP PGRI SEMARANG.
4.      Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini
5.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Semarang, April 2013
Penulis


Novita Indah SP
12330081

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan tentang Melemahnya Generasi Umat Islam. Selain itu dicantumkan juga sebab-sebab kemunduran Umat Islam, dampak dari kemunduran Umat Islam, serta solusi untuk mempersatukan kembali Umat Islam.




























DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN................................................................................................... 1     
1.1         Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1     
1.2         Rumusan Masalah........................................................................................... 2     
1.3         Tujuan Makalah............................................................................................... 2     
BAB IIPEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1  Etika.................................................................................................................. 3
a.       Pengertian Etika ............................................................................... 3
b.      Jenis- Jenis Etika................................................................................ 4
c.       Implikasi Etika dalam Kehidupan Sehari-hari................................... 5
2.2  Moral.................................................................................................................. 11
a.       Pengertian Moral.............................................................................. 11
b.      Jenis-Jenis Moral............................................................................... 12
c.       Implikasin Moral dalam Kehidupan Sehari-hari............................... 16
2.3  Akhlak................................................................................................................ 18
a.       Pengertian Akhlak............................................................................... 18
b.      Jenis-Jenis Akhlak................................................................................ 20
c.       Implikasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari.................................. 30
2.4.... Hak dan Kewajiban Manusia terhadap Tuhan................................................ 41
2.5.... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Sesama Muslim....................................... 43
2.6.... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Non Muslim ........................................... 46
2.7 ... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Makhluk di Sekitarnya............................ 47
2.8.... Modernisasi dan Dampak Globalisasi terhadap Etika,Akhlak dan Moral...... 51
a.       Modernisasi......................................................................................... 51
b.      Dampak Globalisasi terhadap Etika.Akhlak dan Moral...................... 54
2.9.... Kondiri Remaja dan Permasalahannya........................................................... 56
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 58   
3.1 Simpulan......................................................................................................................... 58
3.2 Saran dan Kritik............................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 61




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Yang dimaksud dengan lemah di sini adalah lemah iman dan lemahnya mereka dalam berpegangteguh terhadap agama dan mereka hanya mengandalkan pesatnya pertumbuhan islam tanpa penerapan atas ajarannya. Tidak diragukan lagi bahwa ada berbagai sebab diantaranya yang saya saksikan adalah banyaknya orang yang menyeru kepada kerusakan dan kemungkaran serta kemaksiatan dengan perkataan dan perbuatan sehingga manusia merasa berat melakukan ketaatan dan jiwa mereka cenderung kepada syubhat yang diharamkan seperti berzina, minum khomar, mendengar nyanyian, dan semisalnya. Mereka juga menyeru untuk ikhtilath (campur baur antar lawan jenis) dan mereka membuat wanita bertabarruj (berhias) dan bersafar tanpa mahrom, mereka menjadikan hal tersebut sebagai haknya wanita, mereka juga menyerukan agar para wanita diberi kebebasan dan tindakan, sehingga mereka membuat para wanita ridho dengan dirinya yang seperti itu walau bapaknya dan suaminya tidak senang dengan hal itu, tidak ada hukuman bagi para wanita tersebut bahkan kepada orang yang berzina dengan mereka pun tidak ada hukuman.

Keadaan umat Islam saat ini begitu memprihatinkan. Di hadapan musuh-musuh mereka, umat ini terus mengalami kekalahan, ketertinggalan dan penindasan. Negeri-negeri kaum muslimin dirampas begitu saja oleh musuh-musuh mereka. Dalam tubuh umat islam sendiri, mereka saling berselisih dan berpecah belah. Apa sebab lemahnya kaum muslimin saat ini dan bagaimana pemecahan masalah tersebut?
Makalah  ini akan memberikan penjelasan tentang sebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam saat ini, dampak dari kemunduran umat islam, solusi mempersatukan umat islam, penyakit yang menimpa umat islam saat ini, obat menyembuhkan penyakit yang menimpa umat islam. Yang disarikan dari beberapa sumber dan terlampir dalam daftar pustaka.




1.2   Perumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang mewaspadai lemahnya umat islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa sajakah sebab-sebab kemunduran Umat Islam?
2.      Apa sajakah dampak dari kemunduran Umat Islam?
3.      Bagaimanakah solusi untuk mempersatukan kembali Umat Islam?
4.      Apa saja penyakit yang menimpa Umat Islam?
5.      Apa obat untuk menyembuhkan penyakit yang menimpa Umat Islam?





















1.3   Tujuan dan Manfaat
     Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
     Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang lemahnya generasi umat islam dan untuk membuat kita lebih memahami islam.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam
Kalau kita memperhatikan realitas kehidupan umat Islam saat ini, maka kita sangat sedih sekali, karena umat Islam yang memegang kebenaran, meyakini kebenaran dan mengamalkan kebenaran, hidup dalam satu kondisi yang terhina, nista, tertekan oleh bangsa-bangsa dan umat-umat yang lain. Padahal kemuliaan manusia yang diberikan oleh Allah disebabkan karena kita berinteraksi dengan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Umar Ibnul Khaththab ra, pernah mengatakan kepada para sahabat-sahabatnya:
نحن قوم أعززنا الله بالإسلام
"Kita adalah suatu kaum yang Allah muliakan dengan Islam".
Banyak sekali penyebab kemunduran yang terjadi pada umat Islam, diantaranya sebagai berikut:
1. Dha'ful Aqidah (Lemahnya Aqidah)
Lemahnya aqidah adalah penyebab utama dari kemunduran umat Islam saat ini. Akidah hanya dipahami sebatas sebuah keyakinan kepercayaan. Akidah hanya dipahami sebatas ingat yang dalam bahasa jawanya eling. Padahal akidah yang dipahami generasi para sahabat tidak demikian. Akidah generasi para sahabat memiliki sebuah konsekwensi, memilik sebuah tuntutan yang kemudian mereka apliakasikan dalam kehidupan mereka. Kualitas keIslaman kita sangat ditentukan oleh sejauh mana akidah itu terhujam dalam dada kita. Bukan ditentukan oleh berapa lama usia kita dalam Islam.
Dalam sebuh riwayat, pada suatu hari di kota madinah menghadap seorang pemuda madinah kepada Rasul yang mulia, meminta penjelasan tentang Islam. Setelah mendapat penjelasan tentang Islam dari Rasul Saw, iapun menyatakan keislamannya. Setelah menyatakan keislamannya, tanpa diperintah ia langsung mengikuti saudara-saudara muslim lainnya untuk terjun ke medan pertempuran yang segera akan berkecamuk yaitu Perang Uhud. Dan dalam pertempuran tersebut ia terbunuh. Maka ia mati dalam keadaan syahid fii sabilillah. Pasca pertempuran, Rasulullah Saw mengatakan kepada para sahabat-sahabatnya: "Wahai sahabat-sahabatku, maukah engkau aku tunjukkan kepada seseorang yang Allah berkenan memasukkannya ke dalam surga, padahal ia belum mengamalkan sesuatu apapun di dalam Islam." Para sahabat terkejut mendengar ucapan Rasulullah Saw ini. Merekapun bertanya: "Bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah mengamalkan seusatupun dalam Islam dimasukkan ke dalam surga?" Ternyata orang tersebut adalah Amr bin Tsabit bin Waqsyi. Allah maha berkehendak, Dialah yang memasukkannya ke dalam surga. Para perawi hadis meriwayatkan bahwa usia, Amr bin Tsabit bin Waqsyi di dalam Islam tidak lebih dari 4 jam saja. Tetapi dengan kualitas kekuatan akidah, Allah berkenan memasukkanya ke dalam surga.
Lantas bagaimana dengan kita yang sudah tahunan berada dalam Islam? Di sinilah perlunya kita terus mengkaji dan mempelajari Islam dimulai dengan masalah akidah. Kelemahan akidah umat Islam merupakan penyebab utama merosotnya umat Islam. Umat Islam memahami akidah hanya sebatas ucapan. Tidak merasuk ke dalam kalbunya, apalagi teraplikasi dalam sebuah amal perbuatan yang nyata, sehingga segala tuntutan dan konsekwensi yang ada dalam akidah, tidak mereka laksanakan secara utuh.
Rasul yang mulia bersabda: “Laisal imani bittamanni wa la bittakhalli. Walakinnal imana ma waqara fi qalbi wa saddaqahul ama”l. (Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi ia bersemayam di dalam qalbu. Dan kemudian dibenarkan dengan sebuah aktivitas amal).
Bagaimana dengan kita saat ini? Kita sering mendapati orang yang sudah menyatakan syahadah, orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai sorang muslim, tetapi kehidupannya tidak islami. Inilah yang Allah khabarkan kpada kita di dalam firman-Nya dalam surat 4 ayat 60. Allah berfirman:
ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم ءامنوا بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمروا أن يكفروا به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيدا
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya."
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang mengazamkan dirinya sebagai orang yang beriman terhadap apa yang telah engkau turunkan kepadamu Muhammad dan juga beriman kepada apa yang telah diturunkan oleh nabi-nabi sebelumnya. mereka hedak bertahkim kepada thagut. Bertahkim kepada tahgut artinya memutuskan satu urusan atau perkara, baik itu ucapan, tindakan, maupun amal perbuatan yang tidak sejalan dengan Islam. Itulah yang dikatakan dengan bertahkim kepada thagut. Dan di situ Allah mengatkan,
 وقد أمروا أن يكفروا به
"Dan padahal kamu itu telah diperintahkan untuk mengingkarinya thagut tersebut."
ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيدا
 "Dan syetan itu hendak menyesatkan kamu dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya."
Sehingga kita sering menemukan khusunya wanita, misalnya ketika keluar rumah, mereka tidak menutupi auratnya. Berarti dia telah memutuskan satu urusan atau perkara yang tidak sejalan dengan perintah Allah. Padahal dia menyatakan iman kepada apa yang telah diturunkan kepada Rasul yang mulia. Menyatakan keimanan tetapi masih memutuskan satu urusan atau perkara yang tidak sejalan dengan konsepsi Islam itu sendiri. Dan masih banyak lagi cara kehidupan kita yang belum mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya, disebabkan karena kita memahaminya dengan keliru.
2. Bu’dun ‘Anil Qur’an dan Sunnah (Jauhnya dari Al-Qur’an dan Sunnah).
Maksud jauh di sini bukan berarti jauh secara fisik, tetapi jauh dalam aplikasi. Tidak bisa dikatakan seseorang itu dekat dengan al-Quran karena ia selalu membawa al-Quran atau karena ia selalu membacanya, atau bahkan memperlombakannya, sehingga yang diperlombakan adalah bacaan bukan amalan. Namun yang dimaksud jauh dari al-Quran adalah belum diamalkannya secara utuh dalam kehidupan umat saat ini. Mereka mengimani sebagaian ayat dan pada saat yang bersamaan mengingkari ayat yang lainnya. Hanya yang enak-enak saja yang diamalkan dan yang tidak enak ditinggalkan. Di dalam sebuah ayat Allah berfirman:
أفتؤمنون ببعض الكتاب وتكفرون ببعض فما جزاء من يفعل ذلك منكم إلا خزي في الحياة الدنيا ويوم القيامة يردون إلى أشد العذاب
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat."
Para mufassirin menyetarakan ayat tersebut dengan apakah engkau mengimani sebagian ayat dan mengingkari ayat-ayat lainnya. Berdasarkan ayat tersebut, maka dampak orang yang mengimani sebahagian ayat dan mengingkari ayat-ayat yang lain adalah pertama dalam kehidupan di dunia ini, ia dinistakan dan dihinakan. Kedua, ketika ia kembali kepada Allah, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang teramat pedih.
Al-Quran diturunkan kepada manusia agar dapat mengangkat harkat dan martabat serta kemuliaan kita umat Islam. Rasul yang mulia bersabda: Innallah yarfa'u bihadzal kitab aqwaman, wayadhou bihi akhorin. (Sesungguhya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkannya juga dengan kitab ini).Jadi rendah tidaknya atau mulia tidaknya kita, sangat tergantung sejauh mana interaksi kita dengan al-Quran.
Al-Quran merupakan sebuah cahaya yang terang benderang, sebuah obor yang dapat menerangi kehidupan kita. Sehingga jelas bagi kita, mana yang harus kita tempuh, dan mana yang harus kita hindari. Kalau hidup di bawah naungan Al-Quran, maka keindahan dan kebahaigaan dalam kehidupan ini akan kita raih, serta kemuliaan pun akan kita dapatkan.
3. At-tafriqah (perpecahan).
Sebuah perpecahan di kalangan umat Islam yang hanya disebabakan kepada sebuah persoalan-persoalan sepele. Di sinilah kelemahannya ketika kita mulai mempelajari dari fikih ibadah. Kita mengetahui bahwa fikih ibadah itu banyak mazhab, sehingga kalau kita belajar Islam mulai dari fikih ibadah, maka yang terjadi adalah fanatik terhadap mazhab yang mengakibatkan menyalahkan orang yang berbeda mazhab atau pendapat. Ketika ada orang shalat tidak berkunut, dibilang salah. Padahal berkunut dan tidak berkunut, dua-duanya benar. Yang tidak benar adalah orang yang tidak shalat. Selagi ibadah tersebut memiliki landasan hukum, kita harus bertoleransi dalam perbedaan masalah fikhul ibadah. Terkadang perbedaan dalam cara shalat membuat kita berpecah belah. Berbeda dalam ibdah haji membuat pecah belah. Padahal di masa para sahabat, perbedaan tidak memecah belah kesatuan dan persatuan di antara mereka.
Rasul yang mulia pernah memerintahkan sahabat untuk menuju ke Bani Quraizah. Rasul bersabda: "Janganlah kalian shalat kecuali setelah sampai di Bani Quraizah." Di tengah jalan masuk waktu shalat asar. Sebagian sahabat langsung berhenti dan menunaikan shalat asar. Sebagian yang lain tidak, mereka langsung menuju Bani Quraizah, dan baru menunaikan shalat asar menjelang shalat magrib. Ketika terjadi perbedaan seperti ini, mana yang benar. Sahabat yang shalat ketika masuk shalat asar, mereka memahami bahwa qaul Rasul itu sebuah isyarat bahwa mereka dalam perjalanan itu harus bersegera dan tidak santai. Tapi kalau sudah masuk waktu shalat, ini adalah perintah Allah, maka ini harus segera dilaksanakan. Sementara sahabat yang lain yang shalat asar di Bani Quraizah memahami secara harfiah, apa yang dikatakan oleh Rasul yang mulia. Dan ketika masalah ini dihadapkan kepada Rasulullah Saw, kedua belah pihak dibenarkan. Tidak ada satu pun yang disalahkan. Sehingga persatuan dan kesatuan di kalangan para sahabat tetap terjaga.
Musuh-musuh Islam senantiasa berusaha untuk memecah belah persatuan umat Islam, ada istilah politik belah bambu. Sebagian umat Islam ditekan habis-habisan dan sebagian diangkat. Sehingga sebagian umat Islam dituduh sebagai teroris, dan sebagain umat Islam yang lain diagung-agungkan. Sehingga kita sendiri tidak bisa memberikan pembelaan terhadap saudara-saudara kita yang terzalimi. Padahal kita wajib membela dan mendukung semua saudara-saudara kita yang terzalimi.
4. Harokatul Irtidad (Gerakan Pemurtadan).
Adanya usaha pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasinal terhadap umat Islam adalah faktor eksternal yang menyebabkan umat Islam jauh dari ajaran Islam sehingga mengalami kemunduran dalam seluruh aspek kehidupan. Sebuah gerakan pemurtadan yang sistematis, terorganisisr dengan rapi, termenej dengan baik, dan mereka tidak pernah berhenti untuk berusaha memurtadkan umat Islam sampai kita jauh dari nilai-nilai Islam, sampai akhirnya kehidupan kita pun terpuruk di dunia ini.
Kita melihat beberapa tayangsn film yang dapat menghancurkan pemahaman kita terhadap Islam. Film-film mistik yang belakangan ini banyak merebak, di sini menunjukkan bahwa umat Islam sudah semakin tidak rasional. Padahal kita sudah berada di zaman modern. Untuk diketahui bahwa mistik itu diciptakan sedemikian rupa sehingga katanya ada hantu yang bergentayangan, ada arwah yang bergentayangan. Padahal di dalam Islam tidak pernah ada yang namanya arwah gentayangan ataupun orang yang memburu hantu. Lebih-lebih lagi pelaksana hal tersebut mengatas-namakan dirinya seorang ustaz atau kiyai. Padahal hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat terdahulu. Mereka yang melakukan ini semua dengan cara bersekutu dan berlindung kepada jin. Semua ini ditayangkan sedemikian rupa. Tujuannya untuk mengeruhkan dan melemahkan akidah kita. Jadi kita harus pahami bahwa ada sebuah upaya penyesatan, di samping juga tayangan-tayangan kriminalitas yang semakin mengerikan. Tayangan-tayangan yang sangat sensual. Bahkan sudah banyak beredar di beberapa tempat, di kampus-kampus majalah-majalah porno, buku-buku porno dan video porno sudah dijual bebas. Ini bukan terjadi tanpa sebuah rekayasa.
Begitu juga dengan judi togel dan narkoba. Ada seorang mantan walikota, pernah ditanya kalau dia suruh memberantas beberapa kemungkaran, seperti diskotik dan bar, ia masih menyanggupinya. Tapi kalau memberantas togel dan narkoba dia angkat tangan. Hal ini dikarenakan, mafia perjudian dan narkoba sangat kuat jaringannya dan backingnya juga sangat kuat sekali. Ini berarti ada upaya. Selain mereka juga mengeruk keuntungan dengan hal tersebut, tetapi pada sisi yang sama mereka pun memiliki sebuah misi, sehingga dengan judi dan narkoba itu bisa merusak akhlak kita, prilaku kita, dan pada saat yang bersamaan kemudian nggak jarang kita bertanya kepada orang yang gila. Sehingga akidah kita menjadi rusak. Mimpi diartikan macam-macam, yang kemudian diarahkan kepada judi. Ini merupakan gerakan pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasional terhadap kita.

















2.2 Dampak dari Kemunduran Umat Islam
                                   
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين      َ     

“Dan taatlah kepada Allah dan rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfâl: 46)
Imam al-Qurtuby menjelaskan maksud dari “watadzhabu rîhukum” pada ayat di atas adalah, “hilang kekuatanmu”. Sementara Imam ath-Thabarî menjelaskan maksud dari “walâ tanâza’û fatafsyalû” adalah, “janganglah kamu berbeda kemudian kamu terpecah belah yang menyebabkan kamu menjadi lemah dan gentar”. Sering kita dengar peribahasa yang mengatakan; “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.
            Peribahasa ini memiliki arti bahwa suatu umat akan kuat dan maju apabila tidak terpecah belah. Sebenarnya tidak perlu diragukan lagi bahwa perpecahan adalah pangkal kelemahan dan persatuan adalah pangkal kekuatan. Namun, hal sederhana ini acapkali terlupakan. Sehingga, saling mengingatkan pun merupakan keniscayaan.
Begitulah kira-kira tujuan dari tulisan ini. Sekedar untuk saling mengingatkan bahwa sudah saatnya umat islam bersatu-padu. Sebagaimana kelima jari tangan kita akan lemah jika salah satunya ada yang hilang, suatu bangunan akan berdiri kuat dan kokoh ketika tiang-tiangya saling bersatu-padu, begitupun manusia. Dia akan semakin kuat dan kokoh jika bersatu. Disamping firman Allah di atas, sebenarnya masih banyak ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadits yang selalu memperingatkan kita agar jangan terpecah belah, yang sekira sudah maklum walau pun tidak saya sebutkan.
Perpecahan terbukti telah memberi kerugian besar umat islam dan keuntungan signifikan penjajah. Dulu, akibat perpecahan, kita telah kehilangan Andalusia, Spanyol.  Pemerintahan terakhir di Andalusia adalah pemerintahan Bany al-Ahmar yang runtuh pada tahun 897 Hijriyah. Dengan runtuhnya kekuasaan Bani al-Ahmar yang ber-Ibu Kota Granada ini, maka berakhir pula segala peradaban islam di Andalusia. Jika Andalusia pun hilang, maka bukan tidak mungkin Palestina pun akan segera hilang jika kita terus-menerus ternina bubukan oleh perpecahan. Bahkan mungkin, Arab Saudi, Mesir bahkan Indonesia dan Negeri muslim lainya akan mengalami nasib serupa. Sehingga, sebagaimana umat islam Palestina dipersulit untuk sekedar masuk ke Masjid al-Aqsa,–mungkin–kita pun akan dipersulit untuk beribadah haji, umrah, tour ke Sinai, Mesir dan peninggalalan bersajarah lainya. Atau bahkan dilarang sama sekali.
Sejarah adalah bukti adil bahwa perpecahan acapkali dimanfaatkan oleh penjajah dan zionis untuk lebih mengokohkan posisi mereka di bumi jajahanya. Bukan hanya memanfaatkan, bahkan menciptakan perpecahan itu agar anak-anak bangsa lebih disibukan dengan perpecahan meraka sendiri sehingga akan melemah bahkan lupa untuk melawan penjajah. Kita tengok sejarah pahit masa lalu kita. Yaitu, ketika bangsa Indonesia yang raksasa terjajah oleh Belanda yang tak seberapa besarnya selama ratusan tahun. Jika di-ibaratkan, antara Indonesia dengan Belanda adalah laksana gajah yang takluk dengan se-ekor kucing. Karena Jika Anda mau membandingkan antara Indonesia dengan Belanda, maka Anda akan terkaget-kaget, bahkan takjub setengah hidup kenapa Belanda yang begitu kecilnya mampu menundukan Indonesia yang begitu besarnya.
Kenapa bisa? Tak lain karena Indonesia telah dilemahkan terlebih dahulu oleh perpecahan yang di antaranya sengaja ditebarkan Belanda. Politik pecah-belah, atau yang dikenal dengan ‘Divide et impera’ telah mampu melemahkan semangat juang Bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia lemah karena perpecahan, maka Indonesia pun merdeka karena persatuan. Bisa dikatakan Bangsa Indonesia memulai bersatu padu sejak digulirkanya ‘Sumpah Pemuda’ pada tgl 28 Oktober th 1928 M. Dengan sumpah pemuda tersebut Bangsa Indonesia bertambah lebih kuat dari sebelumnya yang masih tercerai-berai. Dan akhirnya, untuk selalu menjaga persatuan, salah satu sila kelima pun (sila ketiga) berbunyi; “Persatuan Indonesia”.
Kita saksikan, betapa Palestina dilemahkan oleh adanya konflik, perang saudara antara kubu Fatah dan Hamas. Sehingga, Zionis Isra’il pun semakin leluasa menjajah mereka. Di Irak dan Libanon, kita menyaksikan mereka telah lemah akibat pertikaian antar saudara yang tak kunjung reda  hanya karena berbeda madzhab. Yakni, antara Sunni dengan Syi’ah. Sungguh ironis, hanya karena berbeda madzhab mereka mengorbankan hal yang lebih besar. Padahal, berbeda tidak harus berpecah belah dan bertikai. Di Tunisia dan Al Jazair, mereka telah lemah akibat perpecahan antara Sunni dan sekte Ibadhi (Khawarij). Begitu pun di Negeri-negeri yang mayoritas muslim lainya. Jika perpecahan-perpecahan semacam ini tidak mendapatkan perhatian serius, maka tidak mustahil jika seiring waktu berjalan akan menjadi lebih meruncing dan mengerikan. Karena, dinamika kehidupan memang cenderung menuntun ke-arah itu.
           


























2.3 Solusi untuk Mempersatukan Kembali Umat Islam
Sebelumya, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan terlebih dahulu agar pembahasan tetap berjalan diatas kejelasan, juga, supaya tak terjadi kesalah pahaman terkait terminologi ‘mempersatukan’. Lantas, mempersatukan semacam apakah yang dimaksudkan?. Simpel, bahwa mempesatukan di sini maksundya mempersatukan umat dari keterpecahan dengan tetap menghargai perbedaan pendapat di antar madzhab. Karena, bagaimana pun, kita tidak akan luput dari yang namanya perbedaan pendapat, terlebih dalam masalah furû’ (cabang).
Bahkan menurut hemat saya perbedaan kadang menjadi keniscayaan untuk kita lakukan. Semisal ulama yang ber-ijtihjad di Indonesia tentu harus merumuskan hukum yang berbeda dengan  rumusan hukum ulama yang ber-ijtihad di Arab Saudi. Tentu ketika situasi-kondisinya juga berbeda. Sebagaimana ketika Imam Syafi’i merumuskan hukum di Bahgdad berbeda dengan hukum yang beliau rumuskan di Mesir, yang kemudian di kenal denga qaul qadîm (untuk yang di Bahgdad) dan qaul jadîd (untuk yang di Mesir).  Saya tekankan, bahwa yang saya maksud adalah mempersatukan umat, bukan madzhab. Toh—mungkin–mempersatukan madzhab merupakan salah satu cara untuk mempersatukan umat.
Terkait mempersatukan madzhab, Dr. Muhammad Imarah dalam bukunya, Fitnah at-Takfîr  mengklarifikasi perbedaan antara kalimat “taqrîb al-Madzahib (mendekatkan antar madzhab)”, “tauhîd al-madzâhib (menggabungkan antar madzhab) dan ihtidhân (merangkul)”. Beliau mendefinisikan  taqrîb al-madzâhib dengan, “Koeksistensi antar madzhab-madzhab yang berbeda beserta menyingkap kerangka umum–yang bisa menjadi titik temu–dan aspek-aspek yang disepakati bersama serta mengidentifikasi aspek-aspek diferensiasi”. Jadi, taqrîb itu, tetap mengakui adanya diferensiasi antar madzhab, bahkan memelihara perbedaan tersebut. Namun dengan catatan tidak fanatik buta terhadap salah satunya sehingga intoleransi terhadap yang lainya.
Taqrîb ini nampak bertolak  dari ide bahwa dalam setiap madzhab terdapat titik temu dengan madzhab lain. Pada titik temu itulah setiap madzhab yang berbeda bisa bersatu padu dan maju bersama. Memang dalam stiap madzhab juga terdapat perbedaan, namun, alangkah indahnya jika perbedaan itu dihormati dan persamaan dijunjung tinggi. Sampai kapanpun, perbedaan akan selalu ada, jika tidak saling menghormati, maka permusuhan pun akan selalu ada. Kemudian “tauhîdul madzahib” beliau definisikanya dengan; “menggabungkan semua madzhab dalam satu madzhab dan mengesampingkan kaidah keragaman dan perbedaan antar mazhab”. Sedang posisi ihtidhan adalah diantara taqrîb dan tauhîd. Bisa dikatakan, ihtidhân adalah lebih dari sekedar mendekatkan antar madzhab namun tidak sampai pada taraf men-tauhîd-kanya. Karena itu, solusi yang sekira tepat diadopsi untuk menyatukan umat adalah metode taqrîb atau ihtidhan, bukan tauhîd.
Madzhab juga bisa dimaksudkan sebagai madzhab fikih ataupun madzhab dalam ilmu kalam (teologi). Namun perpecahan yang ada cenderung disebabkan perbedaan dalam ilmu kalam daripada fikih. Di era kontemporer ini tidak semua madzhab yang dulu pernah ada dapat kita jumpai. Bahkan, banyak diantara madzhab yang telah tiada. Sebab itu, upaya mempersatukan (baca-taqrîb) lebih difokuskan kepada madzhab-madzhab yang masih tersisa, diantaranya; Ahlus Sunnah Wal Jam’ah, Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah dan Ibadhiyah yang sekarang masih eksis di Omam, Tripoli, Tunisia dan Al-Jazair. Ibadhiyah ini sebenarya sisa dari sekte Khawarij tapi marah jika dipanggil Khawarij. Oke, biar lebih terurut, mungkin upaya mempersatukan umat bisa kita klasifikasikan kedalam poin-poin berikut:
a.        Yang pertama dan bersifat personal tentu belajar dan memperbanyak membaca buku. Terutama sejarah tentang perpecahan beserta pertikaian antar madzhab itu sendiri. Tentu bertolak dari rasa cinta kepada islam dan persatuanya. Ketika dia menemukan dalam sejarah betapa tragisnya perpecahan dan pertikaian berdarah antar madzhab maka—pada tataran terendah—ia akan merasa miris dan iba kepada islam. Sehingga, pada tataran berikutnya akan terbesit dalam hati kecilnya, “bagaimana caranaya agar sesama umat islam tidak saling serang bahkan bersatu padu dan saling membantu?”. Lalu, dia akan bereusaha melacak akar perpecahan tersebut yang pada puncaknya ia menemukan bahwa di antara faktor perpecahan tersebut adalah fanatisme buta dan saling mengkafirkan antar madzhab. Pengetahuan tentang sejarah pertikaian berdarah lebih mujarab untuk membongkar fanatisme buta daripada sekedar ajakan “mari bersatu padu”.
b.      Hentikan saling mengkafirkan. Ketika di atas dikatakan bahwa saling mengkafirkan adalah sebab dari perpecahan itu, maka logis jika solusinya adalah menghilangkan sebabnya yang berupa saling mengkafirkan. Al-Ghazali dalam kitab al-Iqtishad fî al-I’tiqad mengatakan, “tidak bergegas atau tergesa untuk mengkafirkan kecuali orang-orang bodoh…Sesungguhnya menghalalkan darah dan harta orang-orang yang menjalankan solat dan  dengan jelas masih membaca “lâ Ilaha illa Allah Muhammad rasulullah” adalah kesalahan”. Secara eksplisit al-Ghazali mengatakan bahwa mengkafirkan seseorang yang masih membaca kalimat tauhid adalah kesalahan.
Statemen al-Ghazali diatas Nampak jelas berpijak pada hadist yang mengkisahkan Usamah bin Zaid yang menikam seorang laki-laki padahal laki-laki tersebut telah membaca kalimat tauhid. Kemudian ada semacam kearaguan yang menyelimuti hatinya apakah yang ia (Usamah) lakukan adalah benar. Lalu Usamah menuturkan kepada Nabi Muhammad Saw. Tentang peristiwa itu. Lalu Nabi berkata dengan nada semacam kekecewaan atas apa yang  telah Usamah lakukan; “Apakah dia telah membaca lâ Ilaha illallah, dan kamu membunuhnya?!. Lalu Usamah berkata “Wahai Rasulullah, dia mengucapkanya hanya karena takut pedang”. lalu Rasul Saw. berkata “Mengapa kamu tidak membelah hatinya sekalian sehingga kamu mengetahui apakah hatinya juga membacanaya ataukah tidak?!!” Rasul Saw. Mengulang-ulang perkataanya itu sehingga Usamah pun berharap (waktu itu) segera selamat dari luapan semacam kekecewaan Rasul Saw.” (HR. Muslim)
Lantas, mungkinkah, dan upaya apa saja untuk memutus mata rantai saling mengkafirkan tersebut?. Saya jawab mungkin!. Muhammad Imarah, seorang pemikir Muslim Mesir, menawarkan beberapa langkah konkrit untuk memutus mata rantai saling mengkafirkan. Yang diantaranya adalah; perlunya menhimpun  para ahli hukum dari berbagai pihak terkait, khususnya dari Ahli sunnah Wal jamaah, Syi’ah Imammiyah, Syi’ah zaidiyah, Wahabiyah dan Shufiyah untuk mendialogkan problematika saling mengkafirkan tersebut. Dan pertemuan dilakukan dalam keadaan tertutup dari masyarakat umum dan media masa. Pertemuan ini setidaknya untuk menyepakati beberapa hal penting terkait budaya saling mengkafirkan:
Sepekat mengeluarkan fatwa kolektif antara pihak-pihak terkait untuk mengharamkan tuduhan-tuduhan kafir kepada madzhab manapun yang pengikutnya masih membaca ‘kalimat tauhid’.
Mengharamkan mengekspos ataupun mempublikasikan tuduhan-tuduhan kafir tesebut ke dalam internet dan media masa lainya. Ini terkait karena penyebaran fitnah saling mengkafirkan ini sangat gencar dilakukan melalui internet. Namun menurut saya tidaklah cukup dengan hanya mengeluarkan fatwa haramnya menuduh kafir dalam media, bahkan harus ada langkah kongkrit bagaimana supaya fitnah pengkafiran dalam media ini benar-benar terhentikan. Tentu sumbangsih dari pengelolaan media menjadi keniscayaan. Semisal, ketika konten yang berbau porno grafi saja dilarang dan bisa diblokir, mengapa konten yang berpontensi menimbulkan perpecahan ini tidak dilarang dan diblokir juga?
Membersihkan kitab-kitab turast (kuno/kitab kuning) dari segala bentuk hukum-hukum yang mengkafirkan terhadab orang-orang yang masih membaca ‘kalimat tauhid’. Langkah ini sangat penting, karena segala upaya apa saja yang telah diusahakan seperti mengeluarkan fatwa kolektif diatas akan berakhir sia-sia tanpa langkah ketiga ini. Tentu kontribusi dari pihak terkait, khususnya penerbit, percetakan dan para donatur sangat berperan.
Lalu, mungkinkah membersihkan kitab-kitab turats dari hukum-hukum saling mengkafirkan tersebut? “iya, mungkin!” jawab Dr. Muhammad Imarah. Kemudian beliau menunjukan bukti-bukti konkrit atas kemungkinan tersebut bahwa segala upaya yang telah beliau lakukan bersama-sama tokoh lainya telah mampu mempengaruhi, baik bagi ulama Syi’ah maupun lainya.
c.       Taqrîb al-Madhâhib atau bahkan ihtidhân (maksud dari kedua istilah ini telah dijelaskan diatas). Menurut Dr. Mushthafa Sak’ah, (seorang pemikir Muslim kontemporer yang cukup terkemuka) ketika kita mau berfikir mendalam dan membuang jauh-jauh pemikiran membeku kita, maka kita tidak akan menemukan perbedaan terlalu signifikan diantara setiap madzhab, termasuk antara Sunni dengan Syi’ah, ataupun Sunni dengan Ibadhi. Sehingga, upaya untuk mendekatkan (baca-taqrîb) di antara masdzhab tersebut tidak akan mengalami kendala cukup signifikan. Imam Abu Hanifa yang Sunni adalah murid Imam Zaid bin Ali yang mana Syi’ah Zaidiayah dinisbahkan kepadanya. Abu hanifah belajar fikih dan ushulnya kepada beliau. Sementara, Imam Zaid bin Ali sendiri adalah murid petinggi Muktazilah, Washil bin Atha’ yang sedikit banyak telah mempengaruhinya. Sehingga wajar jika ditemukan dalam Syi’ah Zaidiyah pemikiran yang bernafaskan Muktazilah. Imam Malik bin Anas adalah murid dari Imam Ja’far ash-Shadiq seorang pemimpin Syi’ah Imamiyah atau ja’fariyah.
 Bahkan dikatakan,  Imam Bukhari, seorang ulama hadits Ahli Sunnah pernah duduk dihadapan Iamam Imrân bin Khaththan yang Khawarij untuk bertalaki hadits kepadanya dan membukukanya. Kemudian Washil bin Atha’ dan Amru bin Ubai (kedua pemimpin Muktazilah) adalah murid dari Hasan al-Bashri.
Sebab itu, sebenarnaya di antara madzhab-madzhab tersebut memiliki hubungan cukup dekat. Perbedaan cukup mendasar, khususnya antara Sunni dan Syi’ah, lebih dalam masalah ‘imâmah’ yang kebetulan pada era kontemporer ini telah tidak berlaku lagi kecuali mungkin dalam ruang yang sangat sempit. Kemudian, perbedaan tentang nikah mut’ah hanyalah perbedaan dalam masalah fikih yang bisa didialogkan. Terlebih Ibadhiayah yang sebenarnya sisa Khawarij sangat marah ketika disebut Khawarij dan tidak pernah melaknat Sayidina Ali.
Sehinngga, sebenarnya tak ada perbedaan signifikan antara Ibadhiyah dan Syi’ah kecuali dalam masalah Imamah. Disatu sisi, Ibadhiyah ini dalam masalah Imamah lebih cenderung sepakat dengan Ahli Sunnah. Karena itu, menurut Mushthafa Sak’ah, sebenarnya tidak terlalu sulit unutk menyatukan mereka. Asalakah dilakukan dengan niat dan cara yang benar.
Mungkin, Upaya taqrîb al-madzahib paling menonjol, khususnya antar madzhab fikih, adalah yang pernah diserukan oleh Imam Muhammad Abduh (1849-1905) yang tujuanya untuk menghindarkan umat dari fanatisme buta terhadap madzhab tertentu. Kemudian, pada tahun empat puluan di abad ke-20 juga telah berdiri lembaga “Jama’ah al-taqrîb Bainal Madhâhib” yang lebih mengfokuskan untuk mendekatkan ahli sunnah dan syi’ah imamiyah. Dipimpin oleh Syaikh Muhammad Ali Alubah Basya (1875-1956). Yang mana di dalamnya terdapat ulama-ulama cukup terkemuka semisal; Syikh Abdul Majid Salim, Syikh Muhammad Mushthafa al-Maraghi, Syaikh Mushthafa Abdur Raziq, Syaikh Mahmud Syaltût, Syaikh Ali al-Khafif, Syaik Abdul Azîz Isa, Syaikh Hasan al-Bana, Syaikh Sayyid Sabiq dan ulama Ahli Sunnah lainya. Sebagaimana juga di-ikuti oleh para pembesar ulama Syi’ah seperti; Sayyid Muhammad Taqiyuddin al-Qimiy, Sayid Muhammad al-Husaini, Sayid Syarafuddin al-Musawiy, Syaid Muhammad Jawâd dal ualam Syi’ah lainya.
Syaikh Mahmûd Syaltût pernah mengatakan; “Seruan untuk mendekatkan antar madzhab (taqrîb al-madhâhib) adalah seruan untuk mempersatukan umat. Ia merupaka seruan perdamaian dan islam…dan saya percaya bahwa pemikran taqrîb al-madhâhib adalah metode yang benar. Saya juga telah berkontribusi di lembaganya (Jama’ah al-taqrîb Bainal Madhâhib)…”.
Sebagaimana juga Universitas Al-Azhar telah menerapkan prinsip taqrîb al-madhahib ini. Yang terakhir saya ingin mengatkan bahwa dialog yang obyektif dan jauh dari mencela lawanya insyallah akan mampu menjembatani transisi dari perpecahan dan pertikaian menuju menjadi sekedar perbedaan laksana perbedaanya empat madzhab (syafi’i, maliki, Hambali, hanafi) yang toleransi  Sekian. semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Wallahu a’lam bishhawâb.





























2.4  Penyakit yang Menimpa Umat Islam
Penyakit yang Menimpa Umat Islam Saat Ini
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Perlu diketahui bahwa sebab kelemahan, ketertinggalan, dan kekalahan kaum muslimin saat ini di hadapan musuh mereka, semuanya kembali pada satu sebab yang akan bercabang ke sebab yang lain. Sebab utama tersebut adalah kebodohan yaitu jahil (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya dan berbagai hukum syar’i. Ilmu agama semacam ini telah banyak ditinggalkan oleh umat saat ini. Ilmu ini sangat sedikit dipelajari, sedangkan kebodohan malah semakin merajalela.
Kebodohan merupakan penyakit yang mematikan, dapat mematikan hati dan perasaan, juga melemahkan anggota badan dan kekuatan. Pengidap penyakit ini bagaikan hewan ternak, hanya menyukai syahwat, farji (kemaluan) dan perut. Kebodohan sungguh telah melemahkan hati, perasaan, dan keyakinan kaum muslimin dan akan menjalar ke anggota tubuh mereka yang lain yang membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka (Yahudi dan Nashrani).
Mengapa Penyakit Utama Lemahnya Kaum Muslimin adalah Kebodohan?
Yang menunjukkan bahwa sebab terbesar adalah jahl (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya, dan syari’at-Nya -yang seharusnya seseorang berpegang teguh dan mengilmui tiga hal tersebut- yaitu sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang artinya,”Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan memahamkannya dalam perkara agama.” (HR. Bukhari & Muslim). Maka dari sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ini, menunjukkan bahwa di antara tanda Allah akan memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi individu, bangsa, negara yaitu Allah akan memahamkan mereka ilmu din (agama). Berarti dengan memahami agama ini dengan mengenal Allah, Rasul-Nya, dan Syari’at-Nya, individu maupun bangsa akan diberikan oleh Allah berbagai bentuk kebaikan. Dan bodoh tentang hal ini akan membuat kaum muslimin jauh dari kebaikan, sehingga membuat mereka lemah di hadapan musuh mereka.
Di samping itu Al Qur’an juga mencela kebodohan dan orang-orang yang bodoh dan memerintahkan mewaspadainya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala yang artinya,”Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Al An’am: 111). Juga firman Allah yang artinya,”Dan kebanyakan mereka tidak mengerti” (Al Ma’idah: 103)
Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati
Sebab lain yang menyebabkan kaum muslimin lemah dan tertinggal dari musuh-musuh mereka adalah cinta dunia dan takut mati. Sebab ini muncul karena sebab utama di atas yaitu bodoh terhadap agama Allah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (Shohih, HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dalam hadits ini terlihat bahwa penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) akan menimpa dan berada dalam hati-hati mereka. Mereka tidak mampu untuk menggapai kedudukan yang mulia dan tidak mampu pula untuk berjihad fii sabilillah serta menegakkan kalimat Allah. Hal ini disebabkan kecintaan mereka pada dunia dan kesenangan di dalamnya seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan selainnya. Mereka begitu bersemangat mendapatkan kesenangan seperti ini dan takut kehilangannya, sehingga mereka meninggalkan jihad fii sabilillah.  Begitu juga mereka menjadi bahil (kikir)  sehingga mereka enggan untuk membelanjakan harta mereka kecuali untuk mendapatkan berbagai kesenangan di atas.
Penyakit wahn ini telah merasuk dalam hati kaum muslimin kecuali bagi yang Allah kehendaki dan ini jumlahnya sedikit sekali. Kaum muslimin secara umum telah menjadi lemah di hadapan musuh mereka. Rasa takut telah hilang dari hati musuh mereka sehingga mereka tidak merasa takut dan khawatir terhadap kaum muslim karena mereka telah mengetahui kelemahan kaum muslimin saat ini. Semua hal ini terjadi disebabkan kebodohan yang menyebabkan rasa tamak kaum muslimin pada dunia sehingga kaum kafir (musuh kaum muslimin) menggerogoti mereka dari segala penjuru walaupun jumlah mereka banyak tetapi jumlah ini hanya bagaikan sampah-sampah yang dibawa air hujan yang tidak bernilai apa-apa.



2.5 Obat untuk Menyembuhkan Penyakit Umat Islam
Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridho Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera melakukan berbagai persiapan untuk Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridho Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musuh mereka sebagaimana yang Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya,
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. (Al Anfaal: 60).
Allah memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak memeritahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya dengan musuh mereka.
Tolonglah Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh). Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya,
”Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).
Dan Allah tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara mereka dengan kejelakan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang, jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Demikianlah apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain”. (Muhammad:4)
Tatkala perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah  310-an. Persenjataan dan tunggangan pun sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya,
”Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali Imran: 126).
Pertolongan tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah berikan.
Menolong Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Sholih
Menolong agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi laranga-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”.(Al Hajj: 40-41).
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk melakukan berbagai bentuk amal sholih yaitu menegakkan shalat, menunaikan zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah, Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri (penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. menghadapi musuh mereka sebagaimana yang Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya,
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. (Al Anfaal: 60).
Allah memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak memeritahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya dengan musuh mereka.
Tolonglah Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh). Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya,
”Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).
Dan Allah tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara mereka dengan kejelakan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang, jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Demikianlah apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain”. (Muhammad:4)
Tatkala perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah  310-an. Persenjataan dan tunggangan pun sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya,
”Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali Imran: 126).
Pertolongan tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah berikan.
Menolong Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Sholih
Menolong agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi laranga-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”.(Al Hajj: 40-41).
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk melakukan berbagai bentuk amal sholih yaitu menegakkan shalat, menunaikan zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah, Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri (penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.




















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai solusi, untuk mengangkat kembali harkat dan matabat serta kemuliaan umat Islam, kita teringat terhadap apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw ketika pelaksanaan haji wada’. Beliau mengatakan dan mengingatkan kepada umatnya pada saat itu. Bahwa yang hadir harus menyampaikan kepada yang tidak hadir. Dan kita termasuk orang yang tidak hadir ketika khutbah tersebut disampaikan. Salah satu isinya adalah Rasul yang mulai mengingatkan:
تركت فيكم أمرين ما إن تمسكتم بهما لن تضل أبدا كتاب الله وسنة رسول
"Aku meninggalkan pada kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul".
Berdasarkan hadis tersebut, kita harus mengembalikan kehidupan kita kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw secara utuh. Tidak sebahagian-sebahagian tetapi harus syamil, kamil, dan mutakamil (sempurna). Karena ada orang yang mengambil al-Quran cuma sebagian, yaitu sisi spiritual saja atau sisi hukumnya saja atau sisi fikihnya saja. Kalau kita ingin maju dan tidak tersesat dengan upaya-upaya konspirasi internasional, maka al-Quran secara utuh dan menyeluruh harus kita pahami dan kita amalkan dalam seluruh aplikasi kehidupan kita. Insya Allah kalau kita komitmen dengan kitab dan sunnah Rasul, kita tidak akan disesatkan untuk selama-lamanya dan pada akhirnya umat Islam akan meraih kejayaan dan kemulian di hadapan bangsa-bangsa dan umat lainnya. Wallahu A’lam.








DAFTAR PUSTAKA
-          Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, bab Asbaabu Dho’fi Ummatil Islamiyyah al Yaum, diterjemahkan dari maktabah syamilah.
-          www.google.com.
-          Kitab al-farq Bainal Firaq, karya; al-baghdady, Fitnah at-takfîr, karya; Muhamad Imarah, Islâm Bila Madzâhib, karya; Mushtafâ Sak’ah, faishal at-Tafrîqah, karya; al-Ghazali, Tafsîr al-Qurtûby, Tafsîr at-Thabary dll.
-          Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A.
-          Konsultasi agama Harian Republika yang diasuh Ustaz Bachtiar