Tugas
ini untuk memenuhi Tugas
Mata
Kuliah
Pendidikan
Agama
Dosen
Pengampu :
Drs.Nurhadi.S.Pd.M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Novita Indah Setya
Pratiwi
12330081
Pendidikan Fisika
2C
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Mewaspadai Lemahnya Generasi Umat Manusia”
dan bertema “Mewaspadai Lemahnya Generasi Umat Islam”.
Penulisan makalah merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam IKIP PGRI
SEMARANG.
Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1.
Bapak
Drs.Nurhadi.S.Pd.M.Pd.I. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2.
Teman-teman
yang sudah membantu.
3.
Rekan-rekan
semua di Kelas 2C Pendidikan Fisika, FPMIPA IKIP PGRI SEMARANG.
4.
Secara
khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ini
5.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga
Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.
Semarang,
April 2013
Penulis
Novita
Indah SP
12330081
ABSTRAK
Makalah
ini menjelaskan tentang Melemahnya
Generasi Umat Islam. Selain itu dicantumkan juga sebab-sebab kemunduran Umat Islam, dampak dari
kemunduran Umat Islam, serta solusi untuk mempersatukan kembali Umat Islam.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3
Tujuan
Makalah............................................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Etika.................................................................................................................. 3
a.
Pengertian Etika
............................................................................... 3
b.
Jenis- Jenis Etika................................................................................ 4
c.
Implikasi Etika dalam Kehidupan Sehari-hari................................... 5
2.2 Moral.................................................................................................................. 11
a.
Pengertian Moral.............................................................................. 11
b.
Jenis-Jenis Moral............................................................................... 12
c.
Implikasin Moral dalam Kehidupan Sehari-hari............................... 16
2.3 Akhlak................................................................................................................ 18
a.
Pengertian Akhlak............................................................................... 18
b.
Jenis-Jenis Akhlak................................................................................ 20
c.
Implikasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari.................................. 30
2.4.... Hak dan Kewajiban Manusia terhadap Tuhan................................................ 41
2.5.... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Sesama Muslim....................................... 43
2.6.... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Non Muslim ........................................... 46
2.7 ... Hak dan Kewajiban Kita terhadap Makhluk di Sekitarnya............................ 47
2.8.... Modernisasi dan Dampak Globalisasi terhadap Etika,Akhlak
dan Moral...... 51
a.
Modernisasi......................................................................................... 51
b.
Dampak Globalisasi terhadap Etika.Akhlak dan Moral...................... 54
2.9.... Kondiri Remaja dan Permasalahannya........................................................... 56
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 58
3.1 Simpulan......................................................................................................................... 58
3.2 Saran dan
Kritik............................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 61
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Yang dimaksud dengan lemah di
sini adalah lemah iman dan lemahnya mereka dalam berpegangteguh terhadap agama
dan mereka hanya mengandalkan pesatnya pertumbuhan islam tanpa penerapan atas
ajarannya. Tidak diragukan lagi bahwa ada berbagai sebab diantaranya yang saya
saksikan adalah banyaknya orang yang menyeru kepada kerusakan dan kemungkaran
serta kemaksiatan dengan perkataan dan perbuatan sehingga manusia merasa berat
melakukan ketaatan dan jiwa mereka cenderung kepada syubhat yang diharamkan
seperti berzina, minum khomar, mendengar nyanyian, dan semisalnya. Mereka juga
menyeru untuk ikhtilath (campur baur antar lawan jenis) dan mereka membuat
wanita bertabarruj (berhias) dan bersafar tanpa mahrom, mereka menjadikan hal
tersebut sebagai haknya wanita, mereka juga menyerukan agar para wanita diberi
kebebasan dan tindakan, sehingga mereka membuat para wanita ridho dengan
dirinya yang seperti itu walau bapaknya dan suaminya tidak senang dengan hal
itu, tidak ada hukuman bagi para wanita tersebut bahkan kepada orang yang
berzina dengan mereka pun tidak ada hukuman.
Keadaan umat Islam saat ini
begitu memprihatinkan. Di hadapan musuh-musuh mereka, umat ini terus mengalami
kekalahan, ketertinggalan dan penindasan. Negeri-negeri kaum muslimin dirampas
begitu saja oleh musuh-musuh mereka. Dalam tubuh umat islam sendiri, mereka
saling berselisih dan berpecah belah. Apa sebab lemahnya kaum muslimin saat ini
dan bagaimana pemecahan masalah tersebut?
Makalah ini
akan memberikan penjelasan tentang sebab utama kemunduran dan kelemahan umat
Islam saat ini, dampak dari kemunduran umat islam, solusi mempersatukan umat
islam, penyakit yang menimpa umat islam saat ini, obat menyembuhkan penyakit
yang menimpa umat islam. Yang disarikan dari beberapa sumber dan terlampir
dalam daftar pustaka.
1.2
Perumusan
Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas
tentang mewaspadai lemahnya umat islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang
saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
sajakah sebab-sebab kemunduran Umat Islam?
2.
Apa
sajakah dampak dari kemunduran Umat Islam?
3.
Bagaimanakah
solusi untuk mempersatukan kembali Umat Islam?
4.
Apa
saja penyakit yang menimpa Umat Islam?
5.
Apa
obat untuk menyembuhkan penyakit yang menimpa Umat Islam?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan
pembaca tentang lemahnya generasi umat islam dan untuk membuat kita lebih
memahami islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam
Kalau
kita memperhatikan realitas kehidupan umat Islam saat ini, maka kita sangat
sedih sekali, karena umat Islam yang memegang kebenaran, meyakini kebenaran dan
mengamalkan kebenaran, hidup dalam satu kondisi yang terhina, nista, tertekan
oleh bangsa-bangsa dan umat-umat yang lain. Padahal kemuliaan manusia yang
diberikan oleh Allah disebabkan karena kita berinteraksi dengan nilai-nilai
Islam itu sendiri.
Umar Ibnul Khaththab ra, pernah
mengatakan kepada para sahabat-sahabatnya:
نحن قوم أعززنا الله بالإسلام
"Kita adalah suatu kaum yang
Allah muliakan dengan Islam".
Banyak sekali penyebab kemunduran
yang terjadi pada umat Islam, diantaranya sebagai berikut:
1. Dha'ful Aqidah (Lemahnya
Aqidah)
Lemahnya
aqidah adalah penyebab utama dari kemunduran umat Islam saat ini. Akidah hanya
dipahami sebatas sebuah keyakinan kepercayaan. Akidah hanya dipahami sebatas
ingat yang dalam bahasa jawanya eling. Padahal akidah yang dipahami generasi
para sahabat tidak demikian. Akidah generasi para sahabat memiliki sebuah
konsekwensi, memilik sebuah tuntutan yang kemudian mereka apliakasikan dalam
kehidupan mereka. Kualitas keIslaman kita sangat ditentukan oleh sejauh mana
akidah itu terhujam dalam dada kita. Bukan ditentukan oleh berapa lama usia
kita dalam Islam.
Dalam
sebuh riwayat, pada suatu hari di kota madinah menghadap seorang pemuda madinah
kepada Rasul yang mulia, meminta penjelasan tentang Islam. Setelah mendapat
penjelasan tentang Islam dari Rasul Saw, iapun menyatakan keislamannya. Setelah
menyatakan keislamannya, tanpa diperintah ia langsung mengikuti saudara-saudara
muslim lainnya untuk terjun ke medan pertempuran yang segera akan berkecamuk
yaitu Perang Uhud. Dan dalam pertempuran tersebut ia terbunuh. Maka ia mati
dalam keadaan syahid fii sabilillah. Pasca pertempuran, Rasulullah Saw
mengatakan kepada para sahabat-sahabatnya: "Wahai sahabat-sahabatku,
maukah engkau aku tunjukkan kepada seseorang yang Allah berkenan memasukkannya
ke dalam surga, padahal ia belum mengamalkan sesuatu apapun di dalam
Islam." Para sahabat terkejut mendengar ucapan Rasulullah Saw ini.
Merekapun bertanya: "Bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah
mengamalkan seusatupun dalam Islam dimasukkan ke dalam surga?" Ternyata
orang tersebut adalah Amr bin Tsabit bin Waqsyi. Allah maha berkehendak, Dialah
yang memasukkannya ke dalam surga. Para perawi hadis meriwayatkan bahwa usia,
Amr bin Tsabit bin Waqsyi di dalam Islam tidak lebih dari 4 jam saja. Tetapi dengan
kualitas kekuatan akidah, Allah berkenan memasukkanya ke dalam surga.
Lantas
bagaimana dengan kita yang sudah tahunan berada dalam Islam? Di sinilah
perlunya kita terus mengkaji dan mempelajari Islam dimulai dengan masalah
akidah. Kelemahan akidah umat Islam merupakan penyebab utama merosotnya umat
Islam. Umat Islam memahami akidah hanya sebatas ucapan. Tidak merasuk ke dalam
kalbunya, apalagi teraplikasi dalam sebuah amal perbuatan yang nyata, sehingga
segala tuntutan dan konsekwensi yang ada dalam akidah, tidak mereka laksanakan
secara utuh.
Rasul
yang mulia bersabda: “Laisal imani bittamanni wa la bittakhalli. Walakinnal imana ma waqara fi qalbi wa saddaqahul ama”l.
(Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi ia bersemayam di dalam qalbu. Dan
kemudian dibenarkan dengan sebuah aktivitas amal).
Bagaimana
dengan kita saat ini? Kita sering mendapati orang yang sudah menyatakan
syahadah, orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai sorang muslim, tetapi
kehidupannya tidak islami. Inilah yang Allah khabarkan kpada kita di dalam
firman-Nya dalam surat 4 ayat 60. Allah berfirman:
ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم ءامنوا
بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمروا أن يكفروا
به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيدا
"Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut
itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya."
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang mengazamkan dirinya sebagai orang yang
beriman terhadap apa yang telah engkau turunkan kepadamu Muhammad dan juga
beriman kepada apa yang telah diturunkan oleh nabi-nabi sebelumnya. mereka
hedak bertahkim kepada thagut. Bertahkim kepada tahgut artinya memutuskan satu
urusan atau perkara, baik itu ucapan, tindakan, maupun amal perbuatan yang
tidak sejalan dengan Islam. Itulah yang dikatakan dengan bertahkim kepada
thagut. Dan di situ Allah mengatkan,
وقد أمروا أن يكفروا به
"Dan padahal kamu itu telah
diperintahkan untuk mengingkarinya thagut tersebut."
ويريد
الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيدا
"Dan syetan itu hendak menyesatkan kamu
dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya."
Sehingga
kita sering menemukan khusunya wanita, misalnya ketika keluar rumah, mereka
tidak menutupi auratnya. Berarti dia telah memutuskan satu urusan atau perkara
yang tidak sejalan dengan perintah Allah. Padahal dia menyatakan iman kepada
apa yang telah diturunkan kepada Rasul yang mulia. Menyatakan keimanan tetapi
masih memutuskan satu urusan atau perkara yang tidak sejalan dengan konsepsi
Islam itu sendiri. Dan masih banyak lagi cara kehidupan kita yang belum
mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya, disebabkan karena kita
memahaminya dengan keliru.
2. Bu’dun ‘Anil Qur’an dan Sunnah
(Jauhnya dari Al-Qur’an dan Sunnah).
Maksud
jauh di sini bukan berarti jauh secara fisik, tetapi jauh dalam aplikasi. Tidak
bisa dikatakan seseorang itu dekat dengan al-Quran karena ia selalu membawa
al-Quran atau karena ia selalu membacanya, atau bahkan memperlombakannya,
sehingga yang diperlombakan adalah bacaan bukan amalan. Namun yang dimaksud
jauh dari al-Quran adalah belum diamalkannya secara utuh dalam kehidupan umat
saat ini. Mereka mengimani sebagaian ayat dan pada saat yang bersamaan
mengingkari ayat yang lainnya. Hanya yang enak-enak saja yang diamalkan dan
yang tidak enak ditinggalkan. Di dalam sebuah ayat Allah berfirman:
أفتؤمنون ببعض الكتاب وتكفرون
ببعض فما جزاء من يفعل ذلك منكم إلا خزي في الحياة الدنيا ويوم القيامة يردون إلى أشد
العذاب
"Apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah
balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang
sangat berat."
Para
mufassirin menyetarakan ayat tersebut dengan apakah engkau mengimani sebagian
ayat dan mengingkari ayat-ayat lainnya. Berdasarkan ayat tersebut, maka dampak
orang yang mengimani sebahagian ayat dan mengingkari ayat-ayat yang lain adalah
pertama dalam kehidupan di dunia ini, ia dinistakan dan dihinakan. Kedua,
ketika ia kembali kepada Allah, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang
teramat pedih.
Al-Quran
diturunkan kepada manusia agar dapat mengangkat harkat dan martabat serta
kemuliaan kita umat Islam. Rasul yang mulia bersabda: Innallah yarfa'u bihadzal
kitab aqwaman, wayadhou bihi akhorin. (Sesungguhya Allah mengangkat derajat
suatu kaum dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkannya juga dengan kitab
ini).Jadi rendah tidaknya atau mulia tidaknya kita, sangat tergantung sejauh
mana interaksi kita dengan al-Quran.
Al-Quran
merupakan sebuah cahaya yang terang benderang, sebuah obor yang dapat menerangi
kehidupan kita. Sehingga jelas bagi kita, mana yang harus kita tempuh, dan mana
yang harus kita hindari. Kalau hidup di bawah naungan Al-Quran, maka keindahan
dan kebahaigaan dalam kehidupan ini akan kita raih, serta kemuliaan pun akan
kita dapatkan.
3. At-tafriqah (perpecahan).
Sebuah
perpecahan di kalangan umat Islam yang hanya disebabakan kepada sebuah
persoalan-persoalan sepele. Di sinilah kelemahannya ketika kita mulai
mempelajari dari fikih ibadah. Kita mengetahui bahwa fikih ibadah itu banyak
mazhab, sehingga kalau kita belajar Islam mulai dari fikih ibadah, maka yang
terjadi adalah fanatik terhadap mazhab yang mengakibatkan menyalahkan orang
yang berbeda mazhab atau pendapat. Ketika ada orang shalat tidak berkunut,
dibilang salah. Padahal berkunut dan tidak berkunut, dua-duanya benar. Yang
tidak benar adalah orang yang tidak shalat. Selagi ibadah tersebut memiliki
landasan hukum, kita harus bertoleransi dalam perbedaan masalah fikhul ibadah.
Terkadang perbedaan dalam cara shalat membuat kita berpecah belah. Berbeda
dalam ibdah haji membuat pecah belah. Padahal di masa para sahabat, perbedaan
tidak memecah belah kesatuan dan persatuan di antara mereka.
Rasul
yang mulia pernah memerintahkan sahabat untuk menuju ke Bani Quraizah. Rasul
bersabda: "Janganlah kalian shalat kecuali setelah sampai di Bani
Quraizah." Di tengah jalan masuk waktu shalat asar. Sebagian sahabat
langsung berhenti dan menunaikan shalat asar. Sebagian yang lain tidak, mereka
langsung menuju Bani Quraizah, dan baru menunaikan shalat asar menjelang shalat
magrib. Ketika terjadi perbedaan seperti ini, mana yang benar. Sahabat yang
shalat ketika masuk shalat asar, mereka memahami bahwa qaul Rasul itu sebuah
isyarat bahwa mereka dalam perjalanan itu harus bersegera dan tidak santai.
Tapi kalau sudah masuk waktu shalat, ini adalah perintah Allah, maka ini harus
segera dilaksanakan. Sementara sahabat yang lain yang shalat asar di Bani
Quraizah memahami secara harfiah, apa yang dikatakan oleh Rasul yang mulia. Dan
ketika masalah ini dihadapkan kepada Rasulullah Saw, kedua belah pihak
dibenarkan. Tidak ada satu pun yang disalahkan. Sehingga persatuan dan kesatuan
di kalangan para sahabat tetap terjaga.
Musuh-musuh
Islam senantiasa berusaha untuk memecah belah persatuan umat Islam, ada istilah
politik belah bambu. Sebagian umat Islam ditekan habis-habisan dan sebagian
diangkat. Sehingga sebagian umat Islam dituduh sebagai teroris, dan sebagain
umat Islam yang lain diagung-agungkan. Sehingga kita sendiri tidak bisa
memberikan pembelaan terhadap saudara-saudara kita yang terzalimi. Padahal kita
wajib membela dan mendukung semua saudara-saudara kita yang terzalimi.
4. Harokatul Irtidad (Gerakan
Pemurtadan).
Adanya
usaha pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasinal terhadap umat
Islam adalah faktor eksternal yang menyebabkan umat Islam jauh dari ajaran
Islam sehingga mengalami kemunduran dalam seluruh aspek kehidupan. Sebuah
gerakan pemurtadan yang sistematis, terorganisisr dengan rapi, termenej dengan
baik, dan mereka tidak pernah berhenti untuk berusaha memurtadkan umat Islam
sampai kita jauh dari nilai-nilai Islam, sampai akhirnya kehidupan kita pun
terpuruk di dunia ini.
Kita
melihat beberapa tayangsn film yang dapat menghancurkan pemahaman kita terhadap
Islam. Film-film mistik yang belakangan ini banyak merebak, di sini menunjukkan
bahwa umat Islam sudah semakin tidak rasional. Padahal kita sudah berada di
zaman modern. Untuk diketahui bahwa mistik itu diciptakan sedemikian rupa
sehingga katanya ada hantu yang bergentayangan, ada arwah yang bergentayangan.
Padahal di dalam Islam tidak pernah ada yang namanya arwah gentayangan ataupun
orang yang memburu hantu. Lebih-lebih lagi pelaksana hal tersebut
mengatas-namakan dirinya seorang ustaz atau kiyai. Padahal hal tersebut tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat terdahulu. Mereka yang
melakukan ini semua dengan cara bersekutu dan berlindung kepada jin. Semua ini
ditayangkan sedemikian rupa. Tujuannya untuk mengeruhkan dan melemahkan akidah
kita. Jadi kita harus pahami bahwa ada sebuah upaya penyesatan, di samping juga
tayangan-tayangan kriminalitas yang semakin mengerikan. Tayangan-tayangan yang
sangat sensual. Bahkan sudah banyak beredar di beberapa tempat, di
kampus-kampus majalah-majalah porno, buku-buku porno dan video porno sudah
dijual bebas. Ini bukan terjadi tanpa sebuah rekayasa.
Begitu
juga dengan judi togel dan narkoba. Ada seorang mantan walikota, pernah ditanya
kalau dia suruh memberantas beberapa kemungkaran, seperti diskotik dan bar, ia
masih menyanggupinya. Tapi kalau memberantas togel dan narkoba dia angkat
tangan. Hal ini dikarenakan, mafia perjudian dan narkoba sangat kuat
jaringannya dan backingnya juga sangat kuat sekali. Ini berarti ada upaya.
Selain mereka juga mengeruk keuntungan dengan hal tersebut, tetapi pada sisi
yang sama mereka pun memiliki sebuah misi, sehingga dengan judi dan narkoba itu
bisa merusak akhlak kita, prilaku kita, dan pada saat yang bersamaan kemudian
nggak jarang kita bertanya kepada orang yang gila. Sehingga akidah kita menjadi
rusak. Mimpi diartikan macam-macam, yang kemudian diarahkan kepada judi. Ini
merupakan gerakan pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasional
terhadap kita.
2.2
Dampak dari Kemunduran Umat Islam
وَأَطِيعُواْ اللّهَ
وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ
إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين َ
“Dan
taatlah kepada Allah dan rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfâl: 46)
Imam al-Qurtuby menjelaskan maksud dari
“watadzhabu rîhukum” pada ayat di atas adalah, “hilang kekuatanmu”. Sementara
Imam ath-Thabarî menjelaskan maksud dari “walâ tanâza’û fatafsyalû” adalah,
“janganglah kamu berbeda kemudian kamu terpecah belah yang menyebabkan kamu
menjadi lemah dan gentar”. Sering kita dengar peribahasa yang mengatakan; “Bersatu
kita teguh bercerai kita runtuh”.
Peribahasa ini
memiliki arti bahwa suatu umat akan kuat dan maju apabila tidak terpecah belah.
Sebenarnya tidak perlu diragukan lagi bahwa perpecahan adalah pangkal kelemahan
dan persatuan adalah pangkal kekuatan. Namun, hal sederhana ini acapkali
terlupakan. Sehingga, saling mengingatkan pun merupakan keniscayaan.
Begitulah
kira-kira tujuan dari tulisan ini. Sekedar untuk saling mengingatkan bahwa
sudah saatnya umat islam bersatu-padu. Sebagaimana kelima jari tangan kita akan
lemah jika salah satunya ada yang hilang, suatu bangunan akan berdiri kuat dan
kokoh ketika tiang-tiangya saling bersatu-padu, begitupun manusia. Dia akan
semakin kuat dan kokoh jika bersatu. Disamping firman Allah di atas, sebenarnya
masih banyak ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadits yang selalu memperingatkan kita
agar jangan terpecah belah, yang sekira sudah maklum walau pun tidak saya
sebutkan.
Perpecahan
terbukti telah memberi kerugian besar umat islam dan keuntungan signifikan
penjajah. Dulu, akibat perpecahan, kita telah kehilangan Andalusia,
Spanyol. Pemerintahan terakhir di
Andalusia adalah pemerintahan Bany al-Ahmar yang runtuh pada tahun 897
Hijriyah. Dengan runtuhnya kekuasaan Bani al-Ahmar yang ber-Ibu Kota Granada
ini, maka berakhir pula segala peradaban islam di Andalusia. Jika Andalusia pun
hilang, maka bukan tidak mungkin Palestina pun akan segera hilang jika kita
terus-menerus ternina bubukan oleh perpecahan. Bahkan mungkin, Arab Saudi,
Mesir bahkan Indonesia dan Negeri muslim lainya akan mengalami nasib serupa.
Sehingga, sebagaimana umat islam Palestina dipersulit untuk sekedar masuk ke
Masjid al-Aqsa,–mungkin–kita pun akan dipersulit untuk beribadah haji, umrah,
tour ke Sinai, Mesir dan peninggalalan bersajarah lainya. Atau bahkan dilarang
sama sekali.
Sejarah
adalah bukti adil bahwa perpecahan acapkali dimanfaatkan oleh penjajah dan
zionis untuk lebih mengokohkan posisi mereka di bumi jajahanya. Bukan hanya
memanfaatkan, bahkan menciptakan perpecahan itu agar anak-anak bangsa lebih
disibukan dengan perpecahan meraka sendiri sehingga akan melemah bahkan lupa
untuk melawan penjajah. Kita tengok sejarah pahit masa lalu kita. Yaitu, ketika
bangsa Indonesia yang raksasa terjajah oleh Belanda yang tak seberapa besarnya
selama ratusan tahun. Jika di-ibaratkan, antara Indonesia dengan Belanda adalah
laksana gajah yang takluk dengan se-ekor kucing. Karena Jika Anda mau
membandingkan antara Indonesia dengan Belanda, maka Anda akan terkaget-kaget,
bahkan takjub setengah hidup kenapa Belanda yang begitu kecilnya mampu
menundukan Indonesia yang begitu besarnya.
Kenapa bisa?
Tak lain karena Indonesia telah dilemahkan terlebih dahulu oleh perpecahan yang
di antaranya sengaja ditebarkan Belanda. Politik pecah-belah, atau yang dikenal
dengan ‘Divide et impera’ telah mampu melemahkan semangat juang Bangsa
Indonesia. Jika bangsa Indonesia lemah karena perpecahan, maka Indonesia pun
merdeka karena persatuan. Bisa dikatakan Bangsa Indonesia memulai bersatu padu
sejak digulirkanya ‘Sumpah Pemuda’ pada tgl 28 Oktober th 1928 M. Dengan sumpah
pemuda tersebut Bangsa Indonesia bertambah lebih kuat dari sebelumnya yang
masih tercerai-berai. Dan akhirnya, untuk selalu menjaga persatuan, salah satu
sila kelima pun (sila ketiga) berbunyi; “Persatuan Indonesia”.
Kita
saksikan, betapa Palestina dilemahkan oleh adanya konflik, perang saudara
antara kubu Fatah dan Hamas. Sehingga, Zionis Isra’il pun semakin leluasa
menjajah mereka. Di Irak dan Libanon, kita menyaksikan mereka telah lemah
akibat pertikaian antar saudara yang tak kunjung reda hanya karena berbeda madzhab. Yakni, antara
Sunni dengan Syi’ah. Sungguh ironis, hanya karena berbeda madzhab mereka
mengorbankan hal yang lebih besar. Padahal, berbeda tidak harus berpecah belah
dan bertikai. Di Tunisia dan Al Jazair, mereka telah lemah akibat perpecahan
antara Sunni dan sekte Ibadhi (Khawarij). Begitu pun di Negeri-negeri yang
mayoritas muslim lainya. Jika perpecahan-perpecahan semacam ini tidak
mendapatkan perhatian serius, maka tidak mustahil jika seiring waktu berjalan
akan menjadi lebih meruncing dan mengerikan. Karena, dinamika kehidupan memang
cenderung menuntun ke-arah itu.
2.3
Solusi untuk Mempersatukan Kembali Umat Islam
Sebelumya,
ada beberapa hal yang perlu dikemukakan terlebih dahulu agar pembahasan tetap
berjalan diatas kejelasan, juga, supaya tak terjadi kesalah pahaman terkait
terminologi ‘mempersatukan’. Lantas, mempersatukan semacam apakah yang
dimaksudkan?. Simpel, bahwa mempesatukan di sini maksundya mempersatukan umat
dari keterpecahan dengan tetap menghargai perbedaan pendapat di antar madzhab.
Karena, bagaimana pun, kita tidak akan luput dari yang namanya perbedaan
pendapat, terlebih dalam masalah furû’ (cabang).
Bahkan
menurut hemat saya perbedaan kadang menjadi keniscayaan untuk kita lakukan.
Semisal ulama yang ber-ijtihjad di Indonesia tentu harus merumuskan hukum yang
berbeda dengan rumusan hukum ulama yang
ber-ijtihad di Arab Saudi. Tentu ketika situasi-kondisinya juga berbeda.
Sebagaimana ketika Imam Syafi’i merumuskan hukum di Bahgdad berbeda dengan
hukum yang beliau rumuskan di Mesir, yang kemudian di kenal denga qaul qadîm
(untuk yang di Bahgdad) dan qaul jadîd (untuk yang di Mesir). Saya tekankan, bahwa yang saya maksud adalah
mempersatukan umat, bukan madzhab. Toh—mungkin–mempersatukan madzhab merupakan
salah satu cara untuk mempersatukan umat.
Terkait
mempersatukan madzhab, Dr. Muhammad Imarah dalam bukunya, Fitnah at-Takfîr mengklarifikasi perbedaan antara kalimat
“taqrîb al-Madzahib (mendekatkan antar madzhab)”, “tauhîd al-madzâhib
(menggabungkan antar madzhab) dan ihtidhân (merangkul)”. Beliau
mendefinisikan taqrîb al-madzâhib
dengan, “Koeksistensi antar madzhab-madzhab yang berbeda beserta menyingkap
kerangka umum–yang bisa menjadi titik temu–dan aspek-aspek yang disepakati
bersama serta mengidentifikasi aspek-aspek diferensiasi”. Jadi, taqrîb itu,
tetap mengakui adanya diferensiasi antar madzhab, bahkan memelihara perbedaan
tersebut. Namun dengan catatan tidak fanatik buta terhadap salah satunya
sehingga intoleransi terhadap yang lainya.
Taqrîb
ini nampak bertolak dari ide bahwa dalam
setiap madzhab terdapat titik temu dengan madzhab lain. Pada titik temu itulah
setiap madzhab yang berbeda bisa bersatu padu dan maju bersama. Memang dalam
stiap madzhab juga terdapat perbedaan, namun, alangkah indahnya jika perbedaan
itu dihormati dan persamaan dijunjung tinggi. Sampai kapanpun, perbedaan akan
selalu ada, jika tidak saling menghormati, maka permusuhan pun akan selalu ada.
Kemudian “tauhîdul madzahib” beliau definisikanya dengan; “menggabungkan semua
madzhab dalam satu madzhab dan mengesampingkan kaidah keragaman dan perbedaan
antar mazhab”. Sedang posisi ihtidhan adalah diantara taqrîb dan tauhîd. Bisa
dikatakan, ihtidhân adalah lebih dari sekedar mendekatkan antar madzhab namun
tidak sampai pada taraf men-tauhîd-kanya. Karena itu, solusi yang sekira tepat
diadopsi untuk menyatukan umat adalah metode taqrîb atau ihtidhan, bukan
tauhîd.
Madzhab
juga bisa dimaksudkan sebagai madzhab fikih ataupun madzhab dalam ilmu kalam
(teologi). Namun perpecahan yang ada cenderung disebabkan perbedaan dalam ilmu
kalam daripada fikih. Di era kontemporer ini tidak semua madzhab yang dulu
pernah ada dapat kita jumpai. Bahkan, banyak diantara madzhab yang telah tiada.
Sebab itu, upaya mempersatukan (baca-taqrîb) lebih difokuskan kepada
madzhab-madzhab yang masih tersisa, diantaranya; Ahlus Sunnah Wal Jam’ah,
Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah dan Ibadhiyah yang sekarang masih eksis di
Omam, Tripoli, Tunisia dan Al-Jazair. Ibadhiyah ini sebenarya sisa dari sekte
Khawarij tapi marah jika dipanggil Khawarij. Oke, biar lebih terurut, mungkin
upaya mempersatukan umat bisa kita klasifikasikan kedalam poin-poin berikut:
a. Yang pertama dan bersifat personal tentu
belajar dan memperbanyak membaca buku. Terutama sejarah tentang perpecahan
beserta pertikaian antar madzhab itu sendiri. Tentu bertolak dari rasa cinta
kepada islam dan persatuanya. Ketika dia menemukan dalam sejarah betapa
tragisnya perpecahan dan pertikaian berdarah antar madzhab maka—pada tataran
terendah—ia akan merasa miris dan iba kepada islam. Sehingga, pada tataran
berikutnya akan terbesit dalam hati kecilnya, “bagaimana caranaya agar sesama
umat islam tidak saling serang bahkan bersatu padu dan saling membantu?”. Lalu,
dia akan bereusaha melacak akar perpecahan tersebut yang pada puncaknya ia
menemukan bahwa di antara faktor perpecahan tersebut adalah fanatisme buta dan
saling mengkafirkan antar madzhab. Pengetahuan tentang sejarah pertikaian
berdarah lebih mujarab untuk membongkar fanatisme buta daripada sekedar ajakan
“mari bersatu padu”.
b. Hentikan
saling mengkafirkan. Ketika di atas dikatakan bahwa saling mengkafirkan adalah
sebab dari perpecahan itu, maka logis jika solusinya adalah menghilangkan
sebabnya yang berupa saling mengkafirkan. Al-Ghazali dalam kitab al-Iqtishad fî
al-I’tiqad mengatakan, “tidak bergegas atau tergesa untuk mengkafirkan kecuali
orang-orang bodoh…Sesungguhnya menghalalkan darah dan harta orang-orang yang
menjalankan solat dan dengan jelas masih
membaca “lâ Ilaha illa Allah Muhammad rasulullah” adalah kesalahan”. Secara
eksplisit al-Ghazali mengatakan bahwa mengkafirkan seseorang yang masih membaca
kalimat tauhid adalah kesalahan.
Statemen
al-Ghazali diatas Nampak jelas berpijak pada hadist yang mengkisahkan Usamah
bin Zaid yang menikam seorang laki-laki padahal laki-laki tersebut telah
membaca kalimat tauhid. Kemudian ada semacam kearaguan yang menyelimuti hatinya
apakah yang ia (Usamah) lakukan adalah benar. Lalu Usamah menuturkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Tentang peristiwa itu. Lalu Nabi berkata dengan nada semacam
kekecewaan atas apa yang telah Usamah
lakukan; “Apakah dia telah membaca lâ Ilaha illallah, dan kamu membunuhnya?!.
Lalu Usamah berkata “Wahai Rasulullah, dia mengucapkanya hanya karena takut
pedang”. lalu Rasul Saw. berkata “Mengapa kamu tidak membelah hatinya sekalian
sehingga kamu mengetahui apakah hatinya juga membacanaya ataukah tidak?!!”
Rasul Saw. Mengulang-ulang perkataanya itu sehingga Usamah pun berharap (waktu
itu) segera selamat dari luapan semacam kekecewaan Rasul Saw.” (HR. Muslim)
Lantas,
mungkinkah, dan upaya apa saja untuk memutus mata rantai saling mengkafirkan
tersebut?. Saya jawab mungkin!. Muhammad Imarah, seorang pemikir Muslim Mesir,
menawarkan beberapa langkah konkrit untuk memutus mata rantai saling
mengkafirkan. Yang diantaranya adalah; perlunya menhimpun para ahli hukum dari berbagai pihak terkait,
khususnya dari Ahli sunnah Wal jamaah, Syi’ah Imammiyah, Syi’ah zaidiyah,
Wahabiyah dan Shufiyah untuk mendialogkan problematika saling mengkafirkan
tersebut. Dan pertemuan dilakukan dalam keadaan tertutup dari masyarakat umum
dan media masa. Pertemuan ini setidaknya untuk menyepakati beberapa hal penting
terkait budaya saling mengkafirkan:
Sepekat
mengeluarkan fatwa kolektif antara pihak-pihak terkait untuk mengharamkan
tuduhan-tuduhan kafir kepada madzhab manapun yang pengikutnya masih membaca
‘kalimat tauhid’.
Mengharamkan
mengekspos ataupun mempublikasikan tuduhan-tuduhan kafir tesebut ke dalam
internet dan media masa lainya. Ini terkait karena penyebaran fitnah saling
mengkafirkan ini sangat gencar dilakukan melalui internet. Namun menurut saya
tidaklah cukup dengan hanya mengeluarkan fatwa haramnya menuduh kafir dalam
media, bahkan harus ada langkah kongkrit bagaimana supaya fitnah pengkafiran
dalam media ini benar-benar terhentikan. Tentu sumbangsih dari pengelolaan
media menjadi keniscayaan. Semisal, ketika konten yang berbau porno grafi saja
dilarang dan bisa diblokir, mengapa konten yang berpontensi menimbulkan
perpecahan ini tidak dilarang dan diblokir juga?
Membersihkan
kitab-kitab turast (kuno/kitab kuning) dari segala bentuk hukum-hukum yang
mengkafirkan terhadab orang-orang yang masih membaca ‘kalimat tauhid’. Langkah
ini sangat penting, karena segala upaya apa saja yang telah diusahakan seperti
mengeluarkan fatwa kolektif diatas akan berakhir sia-sia tanpa langkah ketiga
ini. Tentu kontribusi dari pihak terkait, khususnya penerbit, percetakan dan
para donatur sangat berperan.
Lalu,
mungkinkah membersihkan kitab-kitab turats dari hukum-hukum saling mengkafirkan
tersebut? “iya, mungkin!” jawab Dr. Muhammad Imarah. Kemudian beliau menunjukan
bukti-bukti konkrit atas kemungkinan tersebut bahwa segala upaya yang telah
beliau lakukan bersama-sama tokoh lainya telah mampu mempengaruhi, baik bagi
ulama Syi’ah maupun lainya.
c. Taqrîb
al-Madhâhib atau bahkan ihtidhân (maksud dari kedua istilah ini telah
dijelaskan diatas). Menurut Dr. Mushthafa Sak’ah, (seorang pemikir Muslim
kontemporer yang cukup terkemuka) ketika kita mau berfikir mendalam dan
membuang jauh-jauh pemikiran membeku kita, maka kita tidak akan menemukan
perbedaan terlalu signifikan diantara setiap madzhab, termasuk antara Sunni
dengan Syi’ah, ataupun Sunni dengan Ibadhi. Sehingga, upaya untuk mendekatkan
(baca-taqrîb) di antara masdzhab tersebut tidak akan mengalami kendala cukup
signifikan. Imam Abu Hanifa yang Sunni adalah murid Imam Zaid bin Ali yang mana
Syi’ah Zaidiayah dinisbahkan kepadanya. Abu hanifah belajar fikih dan ushulnya
kepada beliau. Sementara, Imam Zaid bin Ali sendiri adalah murid petinggi
Muktazilah, Washil bin Atha’ yang sedikit banyak telah mempengaruhinya.
Sehingga wajar jika ditemukan dalam Syi’ah Zaidiyah pemikiran yang bernafaskan
Muktazilah. Imam Malik bin Anas adalah murid dari Imam Ja’far ash-Shadiq
seorang pemimpin Syi’ah Imamiyah atau ja’fariyah.
Bahkan dikatakan, Imam Bukhari, seorang ulama hadits Ahli
Sunnah pernah duduk dihadapan Iamam Imrân bin Khaththan yang Khawarij untuk
bertalaki hadits kepadanya dan membukukanya. Kemudian Washil bin Atha’ dan Amru
bin Ubai (kedua pemimpin Muktazilah) adalah murid dari Hasan al-Bashri.
Sebab
itu, sebenarnaya di antara madzhab-madzhab tersebut memiliki hubungan cukup
dekat. Perbedaan cukup mendasar, khususnya antara Sunni dan Syi’ah, lebih dalam
masalah ‘imâmah’ yang kebetulan pada era kontemporer ini telah tidak berlaku
lagi kecuali mungkin dalam ruang yang sangat sempit. Kemudian, perbedaan
tentang nikah mut’ah hanyalah perbedaan dalam masalah fikih yang bisa
didialogkan. Terlebih Ibadhiayah yang sebenarnya sisa Khawarij sangat marah
ketika disebut Khawarij dan tidak pernah melaknat Sayidina Ali.
Sehinngga,
sebenarnya tak ada perbedaan signifikan antara Ibadhiyah dan Syi’ah kecuali
dalam masalah Imamah. Disatu sisi, Ibadhiyah ini dalam masalah Imamah lebih
cenderung sepakat dengan Ahli Sunnah. Karena itu, menurut Mushthafa Sak’ah,
sebenarnya tidak terlalu sulit unutk menyatukan mereka. Asalakah dilakukan
dengan niat dan cara yang benar.
Mungkin,
Upaya taqrîb al-madzahib paling menonjol, khususnya antar madzhab fikih, adalah
yang pernah diserukan oleh Imam Muhammad Abduh (1849-1905) yang tujuanya untuk
menghindarkan umat dari fanatisme buta terhadap madzhab tertentu. Kemudian,
pada tahun empat puluan di abad ke-20 juga telah berdiri lembaga “Jama’ah
al-taqrîb Bainal Madhâhib” yang lebih mengfokuskan untuk mendekatkan ahli
sunnah dan syi’ah imamiyah. Dipimpin oleh Syaikh Muhammad Ali Alubah Basya
(1875-1956). Yang mana di dalamnya terdapat ulama-ulama cukup terkemuka
semisal; Syikh Abdul Majid Salim, Syikh Muhammad Mushthafa al-Maraghi, Syaikh
Mushthafa Abdur Raziq, Syaikh Mahmud Syaltût, Syaikh Ali al-Khafif, Syaik Abdul
Azîz Isa, Syaikh Hasan al-Bana, Syaikh Sayyid Sabiq dan ulama Ahli Sunnah
lainya. Sebagaimana juga di-ikuti oleh para pembesar ulama Syi’ah seperti;
Sayyid Muhammad Taqiyuddin al-Qimiy, Sayid Muhammad al-Husaini, Sayid
Syarafuddin al-Musawiy, Syaid Muhammad Jawâd dal ualam Syi’ah lainya.
Syaikh
Mahmûd Syaltût pernah mengatakan; “Seruan untuk mendekatkan antar madzhab (taqrîb
al-madhâhib) adalah seruan untuk mempersatukan umat. Ia merupaka seruan
perdamaian dan islam…dan saya percaya bahwa pemikran taqrîb al-madhâhib adalah
metode yang benar. Saya juga telah berkontribusi di lembaganya (Jama’ah
al-taqrîb Bainal Madhâhib)…”.
Sebagaimana
juga Universitas Al-Azhar telah menerapkan prinsip taqrîb al-madhahib ini. Yang
terakhir saya ingin mengatkan bahwa dialog yang obyektif dan jauh dari mencela
lawanya insyallah akan mampu menjembatani transisi dari perpecahan dan
pertikaian menuju menjadi sekedar perbedaan laksana perbedaanya empat madzhab
(syafi’i, maliki, Hambali, hanafi) yang toleransi Sekian. semoga bermanfaat. Mohon maaf atas
segala kekurangan dan kesalahan. Wallahu a’lam bishhawâb.
2.4 Penyakit yang Menimpa Umat Islam
Penyakit
yang Menimpa Umat Islam Saat Ini
Kaum
muslimin yang semoga dirahmati Allah. Perlu diketahui bahwa sebab kelemahan,
ketertinggalan, dan kekalahan kaum muslimin saat ini di hadapan musuh mereka,
semuanya kembali pada satu sebab yang akan bercabang ke sebab yang lain. Sebab
utama tersebut adalah kebodohan yaitu jahil (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya
dan berbagai hukum syar’i. Ilmu agama semacam ini telah banyak ditinggalkan
oleh umat saat ini. Ilmu ini sangat sedikit dipelajari, sedangkan kebodohan
malah semakin merajalela.
Kebodohan
merupakan penyakit yang mematikan, dapat mematikan hati dan perasaan, juga
melemahkan anggota badan dan kekuatan. Pengidap penyakit ini bagaikan hewan
ternak, hanya menyukai syahwat, farji (kemaluan) dan perut. Kebodohan sungguh
telah melemahkan hati, perasaan, dan keyakinan kaum muslimin dan akan menjalar
ke anggota tubuh mereka yang lain yang membuat mereka lemah di hadapan musuh
mereka (Yahudi dan Nashrani).
Mengapa
Penyakit Utama Lemahnya Kaum Muslimin adalah Kebodohan?
Yang
menunjukkan bahwa sebab terbesar adalah jahl (bodoh) terhadap Allah, agama-Nya,
dan syari’at-Nya -yang seharusnya seseorang berpegang teguh dan mengilmui tiga
hal tersebut- yaitu sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang
artinya,”Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan memahamkannya
dalam perkara agama.” (HR. Bukhari & Muslim). Maka dari sabda Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam ini, menunjukkan bahwa di antara tanda Allah akan
memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi individu, bangsa, negara yaitu Allah
akan memahamkan mereka ilmu din (agama). Berarti dengan memahami agama ini
dengan mengenal Allah, Rasul-Nya, dan Syari’at-Nya, individu maupun bangsa akan
diberikan oleh Allah berbagai bentuk kebaikan. Dan bodoh tentang hal ini akan
membuat kaum muslimin jauh dari kebaikan, sehingga membuat mereka lemah di
hadapan musuh mereka.
Di
samping itu Al Qur’an juga mencela kebodohan dan orang-orang yang bodoh dan
memerintahkan mewaspadainya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala yang
artinya,”Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Al An’am: 111). Juga
firman Allah yang artinya,”Dan kebanyakan mereka tidak mengerti” (Al Ma’idah:
103)
Penyakit
Cinta Dunia dan Takut Mati
Sebab
lain yang menyebabkan kaum muslimin lemah dan tertinggal dari musuh-musuh
mereka adalah cinta dunia dan takut mati. Sebab ini muncul karena sebab utama
di atas yaitu bodoh terhadap agama Allah.
Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Hampir saja para umat (yang kafir dan
sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka
berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang
bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”
Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian
adalah sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut
pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian
seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut
mati.” (Shohih, HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dalam
hadits ini terlihat bahwa penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) akan
menimpa dan berada dalam hati-hati mereka. Mereka tidak mampu untuk menggapai
kedudukan yang mulia dan tidak mampu pula untuk berjihad fii sabilillah serta
menegakkan kalimat Allah. Hal ini disebabkan kecintaan mereka pada dunia dan
kesenangan di dalamnya seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan
selainnya. Mereka begitu bersemangat mendapatkan kesenangan seperti ini dan takut
kehilangannya, sehingga mereka meninggalkan jihad fii sabilillah. Begitu juga mereka menjadi bahil (kikir) sehingga mereka enggan untuk membelanjakan
harta mereka kecuali untuk mendapatkan berbagai kesenangan di atas.
Penyakit
wahn ini telah merasuk dalam hati kaum muslimin kecuali bagi yang Allah
kehendaki dan ini jumlahnya sedikit sekali. Kaum muslimin secara umum telah
menjadi lemah di hadapan musuh mereka. Rasa takut telah hilang dari hati musuh
mereka sehingga mereka tidak merasa takut dan khawatir terhadap kaum muslim
karena mereka telah mengetahui kelemahan kaum muslimin saat ini. Semua hal ini
terjadi disebabkan kebodohan yang menyebabkan rasa tamak kaum muslimin pada
dunia sehingga kaum kafir (musuh kaum muslimin) menggerogoti mereka dari segala
penjuru walaupun jumlah mereka banyak tetapi jumlah ini hanya bagaikan
sampah-sampah yang dibawa air hujan yang tidak bernilai apa-apa.
2.5
Obat untuk Menyembuhkan Penyakit Umat Islam
Obat
Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah
mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di
hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai
sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan
tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal
ini mereka akan mendahulukan ridho Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam
melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa
yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera
melakukan berbagai persiapan untuk Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Penyakit
yang Menimpa Kaum Muslimin
Setelah
mengetahui berbagai penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di
hadapan kaum kafir (Yahudi dan Nashrani) yang disebabkan kebodohan sebagai
sebab utama. Maka obat mujarab untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan
tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal
ini mereka akan mendahulukan ridho Allah daripada murka-Nya, bersegera dalam
melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa
yang telah dilakukan pada masa lampau. Dengan hal ini pula mereka akan segera
melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musuh mereka sebagaimana yang
Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya,
”Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. (Al Anfaal: 60).
Allah
memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk
menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak
memeritahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya
dengan musuh mereka.
Tolonglah
Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila
kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam
rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan
menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh).
Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya,
”Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).
Dan Allah
tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara
mereka dengan kejelakan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha
Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang,
jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Demikianlah
apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain”. (Muhammad:4)
Tatkala
perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah 310-an. Persenjataan dan tunggangan pun
sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum
muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar
serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang
kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki
kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya,
”Dan
Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar
gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(Ali Imran: 126).
Pertolongan
tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut
dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan
ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah
berikan.
Menolong
Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Sholih
Menolong
agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi laranga-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar”.(Al Hajj: 40-41).
Dari ayat
ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah
dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk mentaati Allah dan
Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari
tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk
mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama
betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk
melakukan berbagai bentuk amal sholih yaitu menegakkan shalat, menunaikan
zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam
untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah,
Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga
Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri
(penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan
keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan
Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. menghadapi
musuh mereka sebagaimana yang Allah perintahkan pada firman-Nya yang artinya,
”Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. (Al Anfaal: 60).
Allah
memerintahkan dalam ayat ini untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk
menghadapi musuh sesuai dengan kemampuan kaum muslimin. Allah tidak
memeritahkan kaum muslimin untuk mempunyai perlengkapan yang sama kuatnya
dengan musuh mereka.
Tolonglah
Agama Allah, Niscaya Allah akan Menolongmu
Apabila
kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam
rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan
menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka (dan bukan ditindas oleh musuh).
Allah yang Maha Memenuhi Janjinya telah berfirman yang artinya,
”Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).
Dan Allah
tidaklah lemah untuk menolong hamba-Nya, akan tetapi Allah menguji di antara
mereka dengan kejelakan agar diketahui siapa yang jujur atau dusta. Allah Maha
Mampu untuk menolong wali-Nya dan untuk menghancurkan musuh-Nya tanpa perang,
jihad, atau tanpa menyiapkan persenjataan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Demikianlah
apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain”. (Muhammad:4)
Tatkala
perang badar kaum muslimin pada saat itu hanya berjumlah 310-an. Persenjataan dan tunggangan pun
sedikit (hanya ada 70 unta dan 2 kuda). Sedangkan pasukan kafir (musuh kaum
muslimin) berjumlah sekitar seribu pasukan dan memiliki kekuatan yang besar
serta persenjataan yang lengkap. Namun, jumlah, senjata dan kekuatan orang
kafir ini tidak bermanfaat bagi mereka. Allah mengalahkan musuh yang memiliki
kekuatan besar tersebut yang Allah kisahkan dalam firman-Nya yang artinya,
”Dan
Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar
gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(Ali Imran: 126).
Pertolongan
tersebut dari sisi Allah, akan tetapi Allah menjadikan pertolongan tersebut
dari para malaikat. Persenjataan, harta, dan bala bantuan yang Allah berikan
ini merupakan sebab pertolongan, kabar gembira, dan ketenangan yang Allah
berikan.
Menolong
Agama Allah adalah dengan Melakukan Amal Sholih
Menolong
agama Allah adalah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi laranga-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
”Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar”.(Al Hajj: 40-41).
Dari ayat
ini terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya pertolongan Allah adalah
dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk mentaati Allah dan
Rasul-Nya adalah dengan mempelajari dan memahami agama ini.
Dari
tulisan ini jelaslah sebab lemahnya kaum muslimin yaitu keengganan untuk
mempelajari agama ini dan keengganan untuk melakukan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Jika memang penguasa kaum muslimin dan para ulama
betul-betul jujur dalam berdakwah, hendaklah mereka mengajak umat untuk
melakukan berbagai bentuk amal sholih yaitu menegakkan shalat, menunaikan
zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan hendaklah mereka mengajak umat Islam
untuk mempelajari dan memahami agama agar mereka dapat mengenal Allah,
Nabi-Nya, dan syari’at agama yang mulia ini.
Semoga
Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin saat ini dan memperbaiki ulil amri
(penguasa dan ulama). Semoga Allah memberikan kaum muslimin bashiroh (ilmu dan
keyakinan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Shalawat dan
Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai
solusi, untuk mengangkat kembali harkat dan matabat serta kemuliaan umat Islam,
kita teringat terhadap apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw ketika
pelaksanaan haji wada’. Beliau mengatakan dan mengingatkan kepada umatnya pada
saat itu. Bahwa yang hadir harus menyampaikan kepada yang tidak hadir. Dan kita
termasuk orang yang tidak hadir ketika khutbah tersebut disampaikan. Salah satu
isinya adalah Rasul yang mulai mengingatkan:
تركت فيكم أمرين ما إن تمسكتم بهما
لن تضل أبدا كتاب الله وسنة رسول
"Aku meninggalkan pada
kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak
akan tersesat selamanya. Yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul".
Berdasarkan
hadis tersebut, kita harus mengembalikan kehidupan kita kepada al-Quran dan
sunnah Rasulullah Saw secara utuh. Tidak sebahagian-sebahagian tetapi harus
syamil, kamil, dan mutakamil (sempurna). Karena ada orang yang mengambil
al-Quran cuma sebagian, yaitu sisi spiritual saja atau sisi hukumnya saja atau
sisi fikihnya saja. Kalau kita ingin maju dan tidak tersesat dengan upaya-upaya
konspirasi internasional, maka al-Quran secara utuh dan menyeluruh harus kita
pahami dan kita amalkan dalam seluruh aplikasi kehidupan kita. Insya Allah
kalau kita komitmen dengan kitab dan sunnah Rasul, kita tidak akan disesatkan
untuk selama-lamanya dan pada akhirnya umat Islam akan meraih kejayaan dan
kemulian di hadapan bangsa-bangsa dan umat lainnya. Wallahu A’lam.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Fatawa
Syaikh Ibnu Jibrin, bab Asbaabu Dho’fi Ummatil Islamiyyah al Yaum,
diterjemahkan dari maktabah syamilah.
-
Kitab
al-farq Bainal Firaq, karya; al-baghdady, Fitnah at-takfîr, karya; Muhamad
Imarah, Islâm Bila Madzâhib, karya; Mushtafâ Sak’ah, faishal at-Tafrîqah,
karya; al-Ghazali, Tafsîr al-Qurtûby, Tafsîr at-Thabary dll.
-
Diposkan
oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A.
-
Konsultasi agama Harian Republika yang diasuh
Ustaz Bachtiar